1. saya pribadi belum dan bahkan tidak mengetahui apa sebab nya ada yang menamakan hari itu sebagai hari raya Idul Adha atau lebaran hajji dan bahkan hari raya Qurban, baik dari bacaan atau dari wahyu.
Hanya saya pribadi lebih setuju menamakan dan menyiarkan atau mengkampanyekan hari itu sebagai Idul Adha atau Idul Hajji atau Lebaran Hajji dalam bahasa Indonesia nya. Bukan idul qurban atau hari raya qurban, karena jelas dari peristiwa nya hari itu adalah hari terakhir menunaikan ibadah Hajji, jelas nya hari itu adalah hari resmi orang yang menunaikan ibadah Hajji mendapat gelar atau titel Hajji, dan itu perbandingannya sama seperti hari wisuda ketika para Mahasiswa menerima gelar atau titel yang sesuai dengan jurusan yang mereka ambil.
Dan saya pribadi sangat tidak setuju jika hari itu selalu di gembar gemborkan atau di kampanyekan sebagai hari raya Qurban, apa lagi selalu jika selalu di padukan dengan cerita mengenai Nabi Ibrohim, yang secara langsung atau tidak langsung di kampanyekan sebagai ibadah yang awalnya wajib dikerjakan karena Nabi Ibrohim mau mengerjakan perintah Tuhan untuk menyembelih anak kandung Nabi Ibrohim yang bernama Ismail, sebagai Qurban nya. Yang lalu tidak jadi di kerjakan karena menurut cerita yang beredar diperintahkan di ganti dengan menyembelih binatang binatang yang halal untuk di makan dan murah juga mudah di dapat yang waktu itu ada di situ dan mudah di dapat yaitu domba.
karena cerita mengenai Nabi Ibrohim yang mau menyembelih anak kandung sendiri itu sungguh sangat berbahaya jika di sebar di kalangan orang terkucil atau takut atau bodoh atau pengawasan pemuka agama nya lemah atau terbatas,. Karena pasti mereka akan sangat mudah di serang politik adu domba Setan jenis Jin dan orang lasykar Iblis yang mau memusnahkan orang yang beriman atau punya potensi jadi orang yang beriman tanpa susah payah meninggalkan korban lain yang sedang jadi target Iblis untuk di buat kafir atau di bunuh tapi belum masuk perangkap Iblis.
Karena pecaya dan kethuilah bahwa ibadah Hajji dan berkurban itu sudah ada dan sunahkan dari sejak manusia baru ada satu, yaitu Nabi yang bernama Adam, coba perhatikan mengenai anak-anak Nabi Adam yang berkurban yang satu yang mengurbankan biatang di terma kurban nya dan yang lain tidak di terima.
Dan mengenai cerita Nabi Ibrohim yang mau menyembelih anak kandung beliau yang jelas tidak berdosa karena di perintahkan oleh Tuhan itu mungkin saja benar dan mungkin juga cerita bohong yang di karang oleh kaum Namrudzisme atau Namrudziat yaitu penikut Namrudz Arab yang di jaman Nabi Ibrohim masih hidup dan terus memburu Nabi Ibrohim
Dan jika cerita itu benar, itu juga pasti suatu perintah ujian kepada Nabi Ibrohim dan anak beliau, yang pasti sudah berjanji siap mau patuh mengerjakan apa saja yang sesuai dengan perintah Tuhan asli, sehingga Nabi Ibrohim pun sampai menyatakan siap akan membunuh anak kandung nya sendiri sebagai kurban nya jika itu di perintahkan oleh Tuhan, ( tampaknya Nabi Ibrohim tidak seperti Nabi Nuh yang tampak nya sedih dan tidak rela melihat anak beliau yang durhaka mati di azab Tuhan ).
Kita memang di perintahkan oleh Tuhan harus tegas di dalam menegakkan hukum, termasuk terhadap anak kita atau anggota keluarga kita dan siapa saja yang jelas terbukti sudah mengerjakan suatu kesalahan, tap itu juga jika mereka melakukan kesahan itu dalam ke adaan mengetahui dan sadar juga aman dan kuat
Jadikita tidak perlu selalu ikut menyebar cerita yang mengatakan bahwa berkurban itu wajib karena meniru Nabi Ibrohim yang bahkan mau menyembelih anak kandung nya sendiri.
Pertanyaan ke 2.Kenapa pakai acara atau upacara potong kambing/sapi segala macem?
( SORRY MASIH BELUM DI EDIT )